HIKMAH PEKANAN

الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِ​ؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَ​ۚ‏

(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (Q.S Ali Imran 134)

Orang-orang yang Berinfaq di Waktu Lapang Maupun Sempit

Jangan menunggu kaya untuk berinfaq. Inilah salah satu hal yang ditegaskan di dalam ciri-ciri orang bertakwa berdasarkan Q.S Ali Imran 144 ini. Orang yang rezekinya sempit saja diperintahkan untuk berinfaq, apalagi yang lapang rezekinya. Maknanya, tidak ada kondisi yang menghambat seseorang untuk berinfaq. Seperti halnya motto yg sering digaungkan di Al Umanaa, “ Menabung itu baik, investasi lebih baik, Sedekah adalah yang terbaik”. Oleh karena itu, di sini kami memberikan pemahaman kepada santri untuk selalu berinfaq dalam kondisi apapun. Besar kecil bilangan tak masalah, yang terpenting rutin dan istiqomah.

Orang-orang yang Menahan Amarah

Salah satu jihad seorang muslim adalah berperang melawan hawa nafsu, salah satunya amarah. Kita tidak bisa membuat keputusan bijak ketika sedang beramarah. Tindakan maksiat pun akan mungkin dilakukan tatkala amarah menguasai jiwa. Hal ini dapat menimbulkan dampak buruk, baik bagi orang lain di sekitar kita maupun diri kita sendiri. Oleh karenanya penting sekali untuk bisa menahan amarah dalam keadaan apapun kita.  

Orang-orang yang Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Bayangkan apabila kita hidup di lingkungan yang orang-orangnya sangat pemaaf. Sungguh sangat tentram dan nyaman berada di sana. Sifat pemaaf merupakan lanjutan dari usaha menahan amarah. Jika kita tidak memiliki sifat pemaaf, maka sifat pendendam yang akan muncul. Dendam tidak akan mengatasi masalah. Allah Swt. sebagai Sang Maha Kuasa pun memiliki sifat Maha Pemaaf, maka kita selaku ciptaanNya harus memampukan hati kita untuk dapat memaafkan.

Orang-orang yang Langsung Bertobat ketika Melakukan Hal Keji dan Zalim

Manusia adalah makhluk Allah Swt. yang tidak lepas dari perbuatan khilaf dan dosa. Adalah wajar bila kita pernah berbuat keji atau zalim pada diri sendiri maupun orang lain. Hal yang jadi pembeda adalah setelahnya. Seorang yang bertaqwa akan langsung mengingat Allah Swt, lalu memohon ampun atas segala yang telah diperbuatnya, dan tentu saja tidak melakukannya kembali (bertobat). Keledai saja tidak pernah jatuh di lubang yang sama, apalagi kita manusia, tidak seharusnya terus menerus melakukan kesalahan/kemaksiatan yang sama. Bertobatlah!

وَالَّذِيۡنَ اِذَا فَعَلُوۡا فَاحِشَةً اَوۡ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَهُمۡ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسۡتَغۡفَرُوۡا لِذُنُوۡبِهِمۡ وَمَنۡ يَّغۡفِرُ الذُّنُوۡبَ اِلَّا اللّٰهُ  وَلَمۡ يُصِرُّوۡا عَلٰى مَا فَعَلُوۡا وَهُمۡ يَعۡلَمُوۡنَ

dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S Ali Imran 135)