Berbicaralah supaya didengar, menulislah supaya dipahami, dan membacalah supaya besar.

Kalimat tersebut terpampang besar di pintu sebuah ruangan di Pondok Pesantren Modern Al Umanaa, menyambut hangat pengunjung yang haus akan ilmu dari sebuah buku. Ketika bel istirahat berbunyi, ruangan ini akan diramaikan oleh anak-anak yang kemudian akan tenggelam dengan bukunya masing-masing. Itulah perpustakaan Pondok Pesantren Modern Al Umanaa. Budaya membaca bukanlah hal yang asing lagi di telinga santri Pondok Pesantren Modern Al Umanaa. Pemandangan ini melahirkan optimisme besar di masa depan, melihat bahwa saat ini minat baca masyarakat Indonesia terendah se-ASEAN (UNESCO,2011)

Mari kita berkaca sejenak pada kondisi minat baca masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2006, masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%), mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca koran (23,5%). Kemudian berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD) di tahun 2009, budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur. Kondisi rendahnya minat baca ini pun dibuktikan melalui survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di tahun 2011 bahwa indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 (dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi).

Buku adalah jendela dunia

 

Makna pepatah tersebut akan semakin dipahami oleh anak ketika dilaksanakan secara konsisten dan tepat sasaran. Penanaman budaya membaca bukanlah sesederhana disampaikan melalui poster dan menggembar-gemborkan bahwa membaca dan menulis itu penting. Anak harus benar-benar dipertemukan dengan ‘dunia’ yang sebenarnya melalui apa yang dibacanya, bukan dongeng-dongengan belaka yang menjadikan anak tidak bisa ‘membaca’ realita di kehidupan sebenarnya.

Pondok Pesantren Modern Al Umanaa memandang hal ini menjadi sebuah kebutuhan yang penting di masa depan, mengingat bahwa generasi saat ini perlahan-lahan pun mulai kehilangan penulis-penulis berkualitasnya. Generasi muda Indonesia, terutama anak-anak, saat ini disajikan tulisan-tulisan ringan seputar kehidupan sehari-hari yang justru cenderung tidak mendidik. Itulah mengapa penanaman dan pembimbingan budaya membaca dan menulis di Pondok Pesantren Modern Al Umanaa melahirkan program khusus untuk mengawal secara intensif setiap santrinya.

Untuk mendukung pembiasaan membaca santri, selain difasilitasi dengan ketersediaan buku-buku pilihan di perpustakaan, setiap hari santri juga didorong untuk membaca surat kabar nasional yang tersedia di setiap kelas. Melalui surat kabar tersebut, santri akan mendapatkan gambaran kondisi teraktual, baik di daerahnya, secara nasional, maupun internasional.

Untuk melahirkan tulisan-tulisan yang berkualitas, maka harus dimulai dari pembiasaan membaca tulisan berkualitas pula. Maka membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Seorang atlet akan terlatih otot-ototnya ketika ia sering berlatih. Begitu pula dengan penulis. Melahirkan penulis yang berkualitas harus dimulai dengan pembiasaan sedini mungkin. Untuk membiasakan santri menumpahkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan, Pondok Pesantren Modern Al Umanaa mewajibkan setiap santrinya untuk menuliskan jurnal harian dalam bukunya masing-masing setiap hari. Dalam buku tersebut, santri dapat menyampaikan apa saja yang didapatkan pada hari itu dan apa yang ingin dicapai di hari esok. Melalui jurnal harian, santri juga dapat melatih kemampuan menulis dalam bahasa asing, disesuaikan dengan bahasa formal yang digunakan pada pekan tersebut, baik dalam bahasa inggris, arab, maupun jepang. Pendidik yang bertugas sebagai wali kamar santri akan memeriksa setiap hari, mulai dari isi tulisan hingga perbendaharaan kata yang digunakan santri.

Catatan harian santri
Catatan harian santri

daily journal 2

Pondok Pesantren Modern Al Umanaa pun secara khusus membuat kelas literasi dalam kurikulumnya, tidak terkecuali untuk santri yang masih duduk di bangku sekolah dasar hingga yang sudah SMA. Dalam kelas literasi, santri mendapat bimbingan khusus untuk melahap beragam jenis bacaan, seperti tulisan ilmiah, cerita fiksi namun mendidik,  hingga isu terkini di ranah nasional maupun internasional. Dari pembiasaan tersebut, santri akan terlatih dalam keterampilan menyerap informasi dari tulisan, serta mempelajari kaidah penulisan yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia.

Usaha penanaman budaya membaca dan menulis di Pondok Pesantren Modern Al Umanaa pun membuahkan hasil. Prestasi-prestasi santri diukir dari keterampilan dan minat menulis. Dari menulis, santri Pondok Pesantren Modern Al Umanaa berhasil mengeluarkan cerpen yang diterbitkan oleh penerbit terkemuka, diundang oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Menteri Kesehatan Indonesia, hingga berkesempatan untuk berdialog dengan Gubernur DKI Jakarta.

Tanah subur karena hujan, hati subuh karena iman, pikiran subur karena membaca. Dan menulis adalah cara berdoa agar berumur panjang

Buku adalah jendela untuk membaca dunia bagi Al Umanaa, dan menulis adalah jendela untuk menyampaikan buah pikiran dari Al Umanaa untuk dunia.

Selamat hari buku sedunia.

Sukabumi, 23 April 2016